Selasa, 03 Juli 2012

Penghapusan Mantan


Pas bangun tidur hari ini gue tiba – tiba kepikiran sesuatu tentang ‘mantan’. Tapi bukan berarti gue inget sama mantan gue. tapi kata ‘mantan’-lah yang mengganggu gue. kata itu membuat telinga gue gatal gak ketulungan. Ternyata gue baru sadar kalo ada tikus di telinga gue. anti-klimaks.

Dan karna itu, gue merasa terdorong untuk mengusulkan penghapusan kata ‘mantan’ dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Akhirnya gue berniat untuk mengirim surat kepada menteri. Gak tau menteri apa yang punya bagian ngurusin perbendaharaan bahasa. Yang penting gue udah berusaha.

Berikut ini surat yang gue tulis. Bagi yang berkenan silahkan dibaca. Dan bagi yang tidak berkenan, coba dibaca dulu. Siapa tau kalian jadi kalap dan mau bantuin gue.


****
                Dear bapak/ibu menteri yang mendapat bagian untuk memperbaiki tata bahasa Insonesia. Atau siapa saja yang bisa membantu saya dalam hal kasus ini. karna hal ini membuat saya begitu tidak nyaman dalam beberapa hal. Seperti ketika makan, tidur, dan ganti baju. Sebenarnya kasus apakah yang membuat saya sampai tidak nyaman ketika ganti baju? Iya. itu adalah ‘mantan’. Apa hubungannya mantan dan ganti baju? Saya juga gak tau. Tapi yang saya maksudkan di sini adalah kata ‘mantan’. Karna pemakaian kata mantan terdengar seperti merendahkan derajatnya. Misalnya kepala sekolah yang masa jabatannya sudah habis dan kalah dalam pemilihan kepala sekolah periode selanjutnya, sampai akhirnya kembali menjadi guru biasa. Sebenarnya panggilan guru menurut saya lebih enak di banding ‘mantan kepala sekolah’. Paling tidak dia tidak lagi menyandang jabatan sebelumnya. Terlebih lagi ketika orang yang membawa jabatan ‘mantan’ tanpa sengaja melakukan kesalahan. Misalnya, seorang guru, yang dulunya adalah seorang kepala sekolah, gak sengaja buang air besar di depan kelas sekolah, dan lupa cebok. Bila kita tetap menggunakan kata ‘mantan’ dalam kasus tersebut maka pembicaraan yang terjadi di sekitar sekolah adalah seperti ini :

Contoh 1
Murid A : siapa sih ini yang boker di depan kelas kita? Enggak dibersihin lagi. iieeuuuch
Murid B : katanya sih mantan kepala sekolah kita.
Murid A : apah?!! Mantan kepala sekolah kita??!! Maksud kamu Pak Riyanto??!!
Murid B : iya!! padahal dia kan mantan kepala sekolah.
Murid A : iieeuuucch. Kamseupay deh.

Contoh 2
Murid A : siapa sih ini yang boker di depan kelas kita? Enggak dibersihin lagi. iieeuuuch
Murid B : katanya sih guru kesenian kita.
Murid A : maksud kamu ibu Hesty?
Murid B : iya!! katanya sih, boker di ruang terbuka lebih menyenangkan daripada di kamar mandi. gak tau tuh. Namanya juga guru kesenian.
Murid A : iieeuuucch. Kamseupay deh.


Dari dua obrolan di atas bisa disimpulkan: murid A adalah anak alay yang suka sok – sok jijik gitu dengan seringnya dia mengatakan “ieuuch” dan mengucapkan “kamseupay” di kedua obrolan di atas.
Salah fokus.

Saya akan menjelaskan dua percakapan tersebut satu persatu.
Percakapan pertama mempunyai inti bahwa orang yang sudah menanggalkan jabatannya dan berubah menjadi ‘mantan’ jabatan sebelumnya, maka tanggung jawabnya akan menjadi lebih berat daripada ketika dia masih menyandang jabatan tersebut.

Berbeda di percakapan kedua. Tanggung jawabnya ketika menyandang jabatan yang sedang disandang, tetap terasa biasa saja karna dia tau seberapa beban yang dibawa.

Selain kasus yang di atas, sebenarnya kasus saya lebih menjurus kepada ‘mantan pacar’. Sebab terjadinya ‘mantan pacar’ adalah dengan skema seperti berikut ini

Kenalan ~> temenan ~> PDKT ~> pacaran ~> putus ~> jadi mantan

Dilihat dari skema tersebut, mestinya orang yang putus dari pacarnya disebut sebagai teman, bukan mantan pacar, karna derajatnya yang sebelumnya adalah ‘temen’ sebelum naik menjadi ‘pacar’, maka ketika turun dari ‘pacar’ pun harus kembali menjadi ‘teman’.

Selain menjatuhkan derajat orang, kata ‘mantan’ juga sering disalahgunakan, salah satunya untuk menyombongkan diri. Misalnya, ada sekelompok cowok yang sedang ngobrol – ngobrol asik di pinggir jalan, dan tiba – tiba ada cewek yang cantiknya gka masuk akal lewat begitu saja, dan sekelompok cowok itu menggodanya. Tiba – tiba salah satu dari mereka nyeletuk “itu mantan gue” tentu saja sombongnya orang itu tidak akan termaafkan oleh teman – temannya.

Tapi bila kondisi di atas diganti dengan kata ‘itu temen gue’, maka orang itu tidak akan terlihat keren dan dia gagal sombong. Bukankah sombong itu dilarang oleh agama? Benarkan ibu/bapak menteri?

Setelah penghapusan kata ‘mantan’, maka secara otomatis kata ‘balikan’ akan hilang dengan sendirinya. Karna istilah ‘balikan’ hanya terjadi bila ada ‘mantan’. Karna derajat teman hanya akan naik ke “sahabat” dan “pacar”. Karna jabatan “sahabat” tidak akan pernah turun menjadi teman biasa atau mantan sahabat, maka yang berkemungkinan besar menjadi mendapat predikat ‘mantan’ hanyalah pacar. Dan ketika kata ‘mantan pacar’ berubah menjadi ‘teman’ tidak mungkin dia bisa balikan jadi pacar karna tersendat oleh skema yang sudah saya tuliskan di atas. Karna teman hanya bisa menjadi pacar setelah melewati tahap PDKT. Dan bila orang yang putus dari pacarnya derajatnya kembali menjadi teman, maka bila ingin menjadi pacarnya kembali berarti mereka harus kembali melalui tahap PDKT.

Tapi, apabila setelah putus harus kembali PDKT untuk kembali menjadi pacar, sepertinya akan banyak terjadi kontra. Karna menurut survei, masa PDKT adalah masa paling lama dan paling banyak menghabiskan duwit.

Sebenarnya saya nulis apa sih dari tadi. kok rasanya malah gak nyambung ya. Maaf bapak/ibu menteri kalau tulisan saya jadi kacau sepeti ini. intinya saya hanya ingin kata ‘mantan’ dihapuskan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia saja.


Yang bertanggung jawab atas surat ini.

Uda Makiyya Syauqillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar