Kalian semua tahu, kan, Rian Adriandhy?! Enggak tahu ya? Coba
googling dulu sebentar… udah? Meskipun kalian enggak tahu siapa Rian Adriandhy,
paling enggak kalian tahu Stand Up Comedy, deh! Enggak tahu juga? Silahkan google
lagi deh pake keyword “stand up comedy Indonesia”. Karena kali ni gue
mau ngebahas dua hal di atas.
Buat yang udah suka stand up comedy sejak lama, kalian pasti
sudah mengenal siapa itu Rian Adriandhy dari acara Stand Up comedy Kompas TV
season pertama. Tapi kalo kalian enggak begitu mengikuti perkembangan stand up
comedy di Indonesia, kalian mungkin mengenal Rian (panggilan akrabnya) dari
acara webisode milik Raditya Dika, Malam Minggu Miko. Dalam acara Malam Minggu
Miko, Rian sendiri berperan sebagai Rianto Martino yang juga memiliki nama
panggilan Rian. Peran Rian dalam acara tersebut adalah sahabat baik dari Miko
(Raditya Dika). Akan tetapi gue gak akan cerita tentang Rian yang ada dalam
Malam Minggu MIko, tapi cerita Rian yang baru saja melakukan tour stand up
comedy yang berjudul Take a Closer Look The Tour. Sebagai persinggahan pertama
dari tour tersebut, Rian memilih Yogyakarta, dan gue datang sebagai saksi mata
atasnya.
Acara tersebut diselenggarakan pada tanggal 27 April 2013 di
UIN Convention Hall Yogyakarta. Acara berlangsung dengan sangat keren. Enggak Cuma
acara, tapi dari venue juga udah keren banget.
Acara dimulai sekitar jam 19.15 waktu setempat. Enggak usah
basa-basi, opener pertama dari Yogyakarta langsung menaiki panggung. Panbol,
opener dari komunitas Stand Up Indo Yogya mulai “mengempukkan” 300 penonton
yang hadir malam itu.
Setelah dikira cukup baginya untuk menghangatkan suasana
dalam Hall tersebut, Panbol mengoper mic kepada rekan sekomunitasnya Benedikta
elsa. Bene tampil enggak lebih lama dari opener sebelumnya yang tugasnya hanya
membuat penonton semakin “empuk” lagi.
Setelah Bene turun
dari panggung, gantian Kukuh Adi, opener tetap dari Rian, naik ke atas panggung
dan segera menghajar penonton dengan bit “basa-basi”. Mukanya yang terlihat
polos dan lempeng enggak ketahuan kalau dia punya materi yang ganas. Seperti memiliki
advantage dari mukanya yang lempeng itu, Kukuh memanfaatkan dengan
materi yang enggak terduga kasarnya.
Kayaknya emang Cuma Kukuh yang bisa make materi “siksaan
kerja” menjadi sepecah itu. Sekarang gue enggak heran lagi kalau kelompok stand
up “We are Not Alright” begitu ditunggu-tunggu kehadirannya karena kepala
kritis dari member kelompok tersebut.
Setelah Kukuh meninggalkan panggung dengan kata perpisahan “kalian
semua luar biasa” dengan nada yang datar dan ekspresi wajah yang biasa saja, narrator
(benar, bukan host) memanggil Rian Adriandhy naik ke atas panggung dan disambut
dengan riuh tepuk tangan dari 300 penonton yang memenuhi kursi hall tersebut. Tanpa
diduga, entah karena tersindir oleh materi Kukuh tentang “basa-basi”, Rian
langsung masuk ke materinya setelah menyapa penonton dengan kalimat “apa kabar
Yogyakarta!!!”.
Dengan materi enteng tapi pecah di pembukaan, Rian seperti
sudah mendapatkan tempat di kepala 300 penonton malam itu. Ditambah dengan
materi yang (sepertinya) sudah cukup digodog dengan sangat matang, dan
observasi yang cukup dalam, membuat beberapa penonton tertawa sambil
menghentak-hentakkan kakinya karena overreacting dari guyonan Rian yang
disampaikan dengan santai.
Penampilan Rian malam itu berbeda dengan sangat jauh dari
terakhir kali gue nonton (grand final SUCI2). Penampilan Rian waktu itu
benar-benar menyenangkan. Tiap kali Rian selesai mengeluarkan punchline dari
bit, penonton langsung tertawa dan siap untuk menunggu bit berikutnya dengan
pensaran. Yang cukup mengesankan dari penampilan Rian waktu itu adalah
tergantinya kata “gue” yang diubah menjadi “saya”. Review terakhir dari gue
adalah, Rian enggak pernah sekalipun menggunakan blue material. Meskipun
sesekali menyebut bagian selakangan, tapi itu bukanlah “materi biru”.
Setelah satu jam berdiri dan menghibur penonton, akhirnya
Rian menutup show malam itu dengan gembira dan disambut dengan standing
ovation dari para penonton. Setelah lampu kembali dinyalakan dan Rian
memanggil semua yang naik ke atas panggung waktu itu, Rian dan ketiga openernya
melakukan salam perpisahan yang berarti selesai sudah acara malam itu.
Kesimpulan dari penampilan Rian Adriandhy malam itu adalah :
penampilan yang benar-benar padat. Dari awal sampai akhir penampilan, tidak ada
sedikit pun riffing malam itu yang berarti dari awal sampai akhir hanya materi
hasil buatan Rian yang mengisi malam minggu tersebut. Gue gak akan mengeluarkan
isi dari bit Rian yang disampaikan malam itu agar kalian penasaran. Satu pesan
dari gue adalah : you’re kind of insane if you miss his show.
Tambahan bonus untuk kalian. Nih!!!
ini versi asli
ini versi setelah masuk instagram. kelihatan banget kan effect dari instagram.
credit :
Lidia for the picture
Beda-beda pendapatnya ya. Saya sendiri sering mengikuti Ryan Andriandhy semenjak dia jadi finalis Stand Up KOmpas TV season pertama. Tapi yang dia tunjukkan ketika #TACLtourJGJ kurang maksimal. LPM-nya gak terlalu tinggi dan sesuai ekspetasi. Mungkin karena beberapa faktor x. :|
BalasHapusmemang beda dari sudut pandang bang. saya lebih ke sudut pandang penggalian materinya dari pada LPM-nya.
Hapusthis is my first.
BalasHapusgw kira standup comedy isinya cuma omong kosong yg gak berbobot.
Omg. ternyata berbanding terbalik dg apa yg gw kira. materinya classy dan yg high quality buat gw adlh bisa buat org segitu banyaknya ketawa ngakak.