Memandang, menikmati lengkungan
bibirmu. Tak pernah sebelumnya saya merasa senang hanya dnegan melihat senyum
dari bibir orang lain. Mendengar tawamu pun seperti menjadi obat hati yang
selama ini aku cari. Aku bisa jelas menggambarkan dirimu waktu dengan semua
detil yang kamu inginkan. Baju gamis warna abu-abu gelap. Kerudung dengan warna
yang sama, hanya sedikit lebih terang dari warna pakaianmu. Pipi halus yang
terkadang memerah saat tanpa sengaja kulitku menyentuh kulitmu. Bekas tetesan
air yang jatuh di sekitar bagian paha saat tanpa sengaja gelas yang kau pegang
meneteskan keringatnya karena dingin air es yang tak mampu menerima hawa panas
yang menyengat waktu itu. sedetil itu? aku bahkan belum sepenuhnya
menggambarkan wajahnya. Jangan terlalu memuji hapalanku, aku hanya memutar
ulang rekaman yang ada di otakku.
Tak pernah aku mencoba menghafalkan
pengalaman itu sebelumnya. Aku hanya tidak dapat melupakannya. Tak bisa aku
melupakan suaramu saat menyapaku sembari mencoba masuk ke dalam mobil yang aku parkir
tak jauh dari rumahmu. Bagaimana aku bisa lupa saat melihatmu berjalan
menghampiri mobil yang ku kendarai karena saat itu aku bagai orang yang baru
benar-benar bangun dari tidur yang sangat lama. Tak mungkin aku dengan mudah
melupakan suara tawa kecilmu yang mengisi ruangan antara aku dan kamu.
Aku mencoba membuat semuanya
sempurna sebelumnya. Aku sudah menyiapkan playlist yang berisi lagu yang
kamu suka agar kamu betah berada dalam mobil meski Cuma berkendara berdua. Sebelumnya
juga aku sudah menyemprotkan pengharum ruangan dalam mobil. Tidak begitu banyak
agar kamu tidak batuk saat pertama menghirup bau parfum ruangan itu karena bau
yang terlalu tajam. Tidak juga sekedarnya karena aku takut kamu tak betah
mencium bau tak sedap yang terkadang sudah terlanjur menempel di mobilku. Semuanya
pas. Tak ada maksud lain kecuali agar semuanya sempurna. Tapi aku lupa bahwa
semua itu percuma karena dirimu lah yang membawa kesempurnaan itu sendiri.
Tak ada yang lebih menyenangkan
selain menjabat tanganmu sesaat sebelum kamu turun dari kendaraanku. Membawa pulang
memori tentang aku dan kamu. Tidak ada benda hidup lain yang mengganggu kita
berdua. Semua itu terasa begitu menyenangkan. tak bisa aku berhenti tersenyum
sampai akhirnya aku mendapati mataku sedang melihat kembali dunia nyata di mana
aku sedang melamun sendiri sembari mengaduk kopi yang sudah terlalu dingin
untuk diminum.
yang satu ini bener2 beda di blog kamu da.
BalasHapusmellow tapi alus, gak nyedat di akhir.